Sabtu, 11 September 2010

Ironis jika melihat kehidupan masyarakat di bantaran kali ciliwung, masyarakat bantaran kali ciliwung seakan-akan tidak peduli bahaya-bahaya sedang mengelilingi mereka setiap saat, lihat saja setiap kali hujan datang, bantaran kali ciliwung akan meluap dan masyarakat bantaran kali ciliwung akan mengungsi ke tempat yang aman dari banjir, blum selesai dengan masalah banjir, kesehatan masyarakat di bantaran juga akan terganggu akibat sisa-sisa banjir yang terjadi di bantaran kali cilliwung.


Namun jika kita melihat semua permasalahan yang sebenarnya, amat penting kita telusuri bagaimana dasar permasalahan sebenarnya, penelusuran juga harus mengikut sertakan semua kalangan yang berhubungan langsung dengan Ciliwung, misalnya masyarakat yang tinggal di bantaran kali ciliwung, pemerintah daerah, LSM-LSM yang terkait, serta organisasi-organisasi yang peduli akan kali Ciliwung.


Jika kita lihat sejarah saat penjajahan Belanda, kali Ciliwung merupakan sarana transportasi sungai, dimana kali Ciliwung merupakan akses untuk kapal-kapal Belanda yang akan memasuki daerah yang terletak di tengah-tengah kota Jakarta yang dulunya bernama kota Jayakarta. Kapal-kapal Belanda tersebut berfungsi sebagai penyuplai kebutuhan-kebutuhan mereka.


Karena perubahan zaman kali cilliwung jadi terbengkalai, dimana tata ruang kota jadi amburadul atau dengan kata lain berantakan. Dan yang paling mengherankan lagi banyak kalangan yang saling menyalahkan bukan berkaca pada diri sendiri bahwa sebenarnya permasalahan yang ada di kali ciliwung merupakan partisipasi kita juga, itu di karenakan bahwa semua kalangan hanya mementingkan tingkat pertumbuhan prekonomian dan menyepelekan hal-hal yang berbuhungan dengan alam yang ada di sekitar kita.


Setelah semua terjadi baru merasakan dampak permasalahan tersebut dan baru berbondong-bondong melakukan sesuatu untuk menyelesaikan permasalaha itu, mungkin untuk bangsa Indonesia identik dengan kebalikan istilah mencegah lebih baik dari pada mengobati, nah kalo Indonesia sendiri kebalikan dari istilah tersebut mengobati lebih baik daripada mencegah.


Dan permasalahan kali Ciliwung merupakan sebagian kecil dari permasalahan yang ada di Indonesia, dan masih banyak permasalahan-permasalahan yang menjadi PR kita semua, dan mau tidak mau kita harus melakukan sesuatu hal untuk mengatasi masalah-masalah yang melanda bangsa Indonesia sendiri meskipun kalangan-kalangan atas tidak mendukung apa yang kita perbuat.

Jumat, 27 Agustus 2010

Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia

Indonesia merupakan negara yang tidak pernah mencapai "Comment Good", yang berarti kepunyaan rakyat pada umumnya. Seperti kebanyakan negera feodalistis, pemerintah Indonesia bisa di katakan sebagai negara yang menganut sistem feodalislis tersebut, dimana pemerintahan ini di umpamakan di pimpin oleh seorang raja yang di bantu oleh komplotannya. Seorang Raja yang sudah berhasil menjadi seorang "Jagoan" yang terus mengangkat diri untuk bisa lebih di kenal dan menjadi raja yang bertuan.

Pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat yang di sampaikan oleh Licoln, tidak pernah terjadi di Indonesia sendiri. Kita lihat saja kondisi negara ini, negara yang sangat hebat dalam melakukan sebuah janji-janji, namun realitas hasil yang di dapat oleh rakyat tidak pernah tercapai. Dan yang paling parahnya lagi bangsa lain dengan gampangnya menginjak-injak kepunyaan rakyat sendiri, yang sudah di perjuangkan oleh para pedahulu kita yang dengan gagahnya memperjuangkan setiap apapun dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.

Tapi yang kita lihat sekarang adalah suatu kekuatan di bangun yang mirip dengan sistem feodalistis seperti yang sudah di sebutkan diatas. Mereka juga menciptakan kerajaan-kerajaan di berbagai daerah dengan memamfaatkan posisi jabatan mereka untuk membangun kekuatan-kekuatan mereka sendiri.

Ironis melihat negri sendiri dengan kondisi yang kita lihat sekarang ini, padahal sejarah bangsa ini sangat di akui oleh negara-negara lain. Kita punya tokoh-tokoh hebat di dunia Internasional misalnya Soekarno, Hatta, dan Tan Malaka, dengan pemikiran-pemikiran mereka tentang konsep pembangunan bangsa sangat di akui dan di segani oleh negara-negara lain.

Dengan situasi yang sekarang ini sangat memprihatinkan, setiap masyarakat Indonesia mempunyai peran penting dalam mengembalikan jati diri bangsa ini, sebagai generasi muda yang memiliki intelektualitas yang tinggi ditujukan kepada teman-teman mahasiswa harus memiliki kreatifitas konsep dalam mengubah jati diri bangsa ini menjadi bangsa yang benar-benar utuh dan menjadi sebuah bangsa yang terpandang di dunia Internasional.


Sabtu, 22 Mei 2010

Tambah2, Kurang2, Kali2, dan Bagi2

Kulangkahkan kaki dari rumah menuju sebuah warung yang berdekatan dengan rumah, di warung itu aku memiliki janji dengan seorang teman, karna hari ini aku dan teman mau pergi k suatu tempat di daerah kramat, jakarta pusat, kira-kira 20 menitan lah dari warung menuju tempat tersebut. Dengan sebotol teh botol aku melepaskan dahaga dan kepenatan akan panasnya cuaca hari ini.

huih....., panasnya hari ini, kata temanku yang baru datang.
oh iya pukul berapa kita k kantor temanmu, sahutku.
kira-kira 15 menit lagi lah, kata temanku.
y udah, makan dulu deh sebelum berangkat, lapar nih, kataku.
oh iya aku juga belum makan juga, sahut temanku.

Selesai makan kami langsung berangkat ke kantor temannya itu, sesampai disana aku menunggu di sebuah halte dekat kantor temannya itu, sedangkan dia langsung pergi untuk menemui temannya yang satu lagi. Kepenatan terjadi lagi saat aku menunggu temanku itu, berjam-jam aku menungu seperti orang kebungungan, setelah jam 15.30 Wib temanku itu datang dan bersamaan temannya juga datang dari arah selatan.

Kami berdua langsung di ajak masuk ke dalam ruangannya, setengah jam kami ngobrol-ngobrol, dari A sampai Z, di sela-sela obrolan kami, tiba2 teman dari temannya datang, dan langsung gabung bersama kami. Dan teman dari temannya pun ikut gabung ngobrol,.

Di sela-sela obrolan kami, ada satu pembicaraan yang menarik buat ku, dimana pada saat teman dari temannya dia membahas tentang tambah2, kurang2, kali2 dan bagi2. Awalnya aku tidak mengerti apa maksud dari pembicaraan tersebut, setelah aku simak lebih dalam, baru aku mengerti maksud dari pembicaraan itu.

Inti dari pembicaraan itu mengenai keuntungan bila ada kegiatan yang berhubungan dengan uang, temannya itu berkata kalo ada kegiatan orang2 yang ada di dalam kantor sangat teliti dengan tambah2, kurang2, dan kali2 sedangkan klo bagi2 sangat susah di dapat di dalam kantor itu.

Jadi kalo tambah2, kurang2 dan kali2 itu apa maksudnya? kataku bertanya.
Oh..itu, kan gini klo ada kegiatan pasti ada budgetnya, jadi smua orang2 yang ada di kantor ini sangat peka akan hitung2an, misalnya keuntungan untuk dia itu harus ditambah dan juga dikalikan biar mendapatkan keuntungan yang besar, sedangkan kalo kurang harus di tambah dan di kalikan biar keuntungan buat dirinya itu besar, kata teman dari temannya itu.

Oh gitu, nah klo bagi2, aku tanya lagi.
Oh, klo kita dapat untung dari hal seperti itu, biasanya orang2 disini sangat susah untuk membagikan keuntungannya ke orang2, dan biasanya orang2 itu hanya memikirkan diri sendiri, tidak memikirkan orang lain, katanya. sambil tertawa.

Oh gitu..., kataku
Wah pantas saja negara ini tambah hancur, pikirku, dimana2 korupsi itu merajalela, tidak mengenal tempat, umur, posisi, dan banyak hal, pembicaraan itu salah satu bukti betapa bobroknya moral negara ini, jadi kita tidak heran bahwa banyak orang yang menjadi kaya secara tiba2. Dan NKRI yang dulu di banggakan menjadi sebuah perkumpulan orang2 munafik yang memikirikan diri pribadinya.

Kamis, 18 Februari 2010

Iring-iringan mobil jenazah menuju tempat pemakaman yang terletak di daerah Pejompongan, perjalanan yang di tempuh sekitar 20 menit dari Tebet menuju pemakaman tersebut, sesampainya kesana pemandangan yang memilukan bukan terlihat saat jenazah mau di makamkan melainkan kondisi daerah pemakamannya.
Kepiluan itu terlihat ketika orang-orang disekitar itu menjadikan pemakaman sebagai lahan untuk mencari uang, sisi hitam yang memilukan buat bangsa Indonesia ini, pemandangan itu membuat pertanyaan di dalam benakku, apakah bangsa ini sudah tidak dapat mengurus rakyatnya atau tidak ada ketidakpedulian terhadap kondisi bangsanya sendiri, atau sebaliknya rakyatnya yang tidak bisa di atur.
Ya, mungkin itu sekedar pelajaran buat diri saya khususnya dan buat khalayak umumnya, untuk dapat melakukan sesuatu terhadap sesuatu, walaupun hasilnya itu hanya diri kita yang dapat.