Minggu, 19 Juli 2009

kampung halamanku

Keanekaragaman Hayati
TAMAN NASIONAL BATANG GADIS


Hasil survei singkat keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh CI Indonesia selama kurun waktu kurang lebih satu bulan, telah memperlihatkan bahwa kekayaan hayati di Taman Nasional Batang Gadis (TNBG) cukup tinggi. Beragamnya jenis flora dan fauna yang ditemui oleh tim surve, cukup untuk menjadikan alasan baha kawasan Batang Gadis ini perlu segera dilindungi, guna menekan laju kepunahan flora dan fauna di Taman Nasional Batang Gadis. Berdasarkan hasil penelitian flora, dalam petak penelitian seluas 200 meter persegi terdapat 242 jenis tumbuhan berpembuluh (vascular plant) atau 1% dari floran yang ada di Indonesia (sekitar 25.000 jenis tumbuhan berpembuluh yang ada di Indonesia). Selain itu, ditemukan juga bunga langka dan dilindungi yaitu bunga Padma (Rafflesia sp.) jenis baru. Tingginya nilai kekayaan flora di TNBG menjadikan kawasan ini harus segera dilindungi karena masih banyak jenis-jenis tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya bagi kehidupan manusia sehingga perlu dikaji lebih lanjut.

Melalui perangkap kamera dan penelusuran jejak, tim peneliti berhasil menemukan satwa langka yang dilindungi undang-undang dan konvensi internasional, seperti harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae), kambing hutan (naemorhedus sumatrensis), tapir (tapirus indicus), kucing hutan (catopuma temminckii), kancil (tragulus javanicus), binturong (arcitis binturong), beruang madu (helarctos malayanus), rusa (cervus unicolor) dan kijang (muntiacus brachyura). Selain itu tim survei berhasil menemukan amfibi tak berkaki (ichtyopis glutinosa) yang merupakan jenis satwa purba dan katak bertanduk tiga (megophyris nasuta) yang sudah langka dan merupakan jenis yang hanya dapat dijumpai (endemik) di Sumatera.

Jumlah burung di kawasan TNBG yang ditemukan sampai saat ini adalah 242 jenis. Dari 242 jenis tersebut, 45 merupakan jenis burung yang dilindungi di Indonesia, 8 jenis secara global terancam punah, 11 jenis mendekati terancam punah, seperti jenis-jenis Sunda Groundcuckoo, Salvadori, Pheasant, Sumatran Cochoa, Crested Fireback dan March Finfoot. Dua jenis burung yang selama ini dikategorikan sebagai “kekurangan data” oleh IUCN karena sedikitnya catatan, juga ditemuka. Dari total jenis tersebut 13 merupakan jenis yang dikategorikan sebagai Burung Sebaran Terbatas yang berkontribusi pada terbentuknya Daerah Burung Endemik dan Daerah Penting bagi Burung (DPB).

Temuan penting lainnya adalah konservasi mikroba endofitik dari jaringan tumbuhan yang hidup di hutan tropis di Indonesia belum pernah dilakukan oleh lembaga manapun. Dalam hal ini, tim survei berhasil mengumpulkan sebanyak 1500 jenis mikroba yang terdiri dari bakteri dan kapang. Saat ini mikroba tersebut disimpan dalam koleksi kultur mikroba Puslit Bioteknologi LIPI. Mikroba ini sangat bermanfaat sebagai sumber obat-obatan, bio-fungsida, bio-insektisida serta pupuk bio yang menunjang sektor pertanian maupun sebagai penghasil jenis hormon yang sangat bermanfaat bagi industri.

http://www.madina.go.id/Content/TNBG/hayati.asp

Tidak ada komentar: